[Book Review] Pulang – Tere Liye

3 komentar
  • Judul : Pulang
  • Penulis : Tere Liye
  • Editor : Triana Rahmawati
  • Design Cover : Resoluzy
  • Lay Out : Alfian
  • Penerbit : Republika
  • Cetakan : I, September 2015
  • Tebal : 400 hlm

BULRB

"Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya."

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit.

REVIEW 

Bujang hanyalah seorang pemuda biasa berumur 15 tahun  yang berasal dari salah satu talang—kampung— yang terletak di pedalaman Bukit Barisan. Tinggal bersama bapaknya, Samad, yang sering memukulinya jika ketahuan belajar ilmu agama dari mamaknya, Midah.


Hidupnya yang biasa-biasa saja akhirnya berubah saat kedatangan Tauke Besar, Kepala Keluarga Tong, yang datang ke kampung Bujang untuk berburu babi hutan yang suka merusak ladang penduduk sekitar atas undangan Samad. Tauke mengajaknya berburu babi hutan di pedalaman hutan Bukit Barisan. Saat itu, dimulailah takdir perjalanan hidup Bujang yang baru—takdir sebagai tukang jagal.

Malam itu, dadaku telah dibelah. Rasa takut telah dikeluarkan dari sana. —hlm. 20

Pulang adalah buku pertama Tere Liye yang pertama kali aku baca. Sebenarnya aku sudah lama mengenal beliau dari medsos dan tahu beberapa judul novel beliau yang sempat hits—serta beberapa diantaranya pernah difilmkan, hanya entah mengapa aku belum begitu tertarik membacanya. Tapi saat novel Pulang ini terbit dan beberapa blog buku memberikan review positif dan sedikit membeberkan isi buku, aku langsung tertarik kepengen membacanya.

Menggunakan alur maju-mundur, kita dibawa Bujang berkeliling dunia dengan perannya sebagai tukang jagal di Keluarga Tong. Bujang juga membawa kita ke masa 20 tahun kehidupannya selama tinggal dan berlatih sebagai salah satu tukang jagal yang kini paling disegani di dunia hitam—shadow economy.
Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapa pun. Urus saja masa lalu masing-masing. —hlm. 101
Sudut pandang orang pertama membuat kita seolah benar-benar ikut merasakan apa yang sedang dialami dan dipikirkan oleh Bujang—mengingat Bujang itu tipe orang yang irit bicara. Hanya saja ada beberapa adegan yang rasanya aneh saat membacanya. Salah satunya adalah adegan dimana Bujang bertemu Bapak Calon Presiden di awal bab. Di situ Bujang mengatakan bahwa ia sudah pergi keluar gedung dan menerobos para wartawan, tapi ia masih bisa tahu apa yang Calon Presiden lakukan dan katakan pada staf yang mendampinginya. Selain itu ada juga adegan pertarungan menjelang akhir novel dimana Bujang bisa mengetahui apa yang sedang terjadi dengan rekan-rekannya, padahal mereka bertarung di lantai yang berbeda dan hanya berkomunikasi lewat interkom. Apakah selain menjadi tukang jagal, Bujang juga mempunyai kelebihan indra ke enam?

Selain kekurangan tersebut,  di novel Pulang ini juga terdapat beberapa istilah jenis beladiri dan senjata yang yang dipergunakan oleh Bujang yang tidak dijelaskan apa itu sebenarnya. Juga ada istilah perekonomian yang tidak banyak diketahui oleh orang awam—dan membuatku beberapa kali harus bolak-balik membuka eyang google untuk mengetahui maksud istilah tersebut. Yah, seharusnya sih bisa ditambahkan catatan kaki untuk menjelaskan artinya, daripada dijelaskan di samping.istilah itu sendiri. Karena catatan kaki itu menurutku justru lebih mudah dicari dan diingat jika terlupa.

"Bahwa kesetiaan terbaik adalah pada prinsip-prinsip hidup, bukan pada yang lain." —hlm. 187
Di luar kekurangan itu, membaca Pulang terasa begitu mendebarkan dan menegangkan dengan segala aksi yang dilakukan Bujang. Terlebih saat sampai di bab Pengkhianatan. Aku langsung bertanya-tanya, huh, siapa nih pelakunya? Dan ketika Bujang mengungkapkan kecurigaannya, rasanya hampir nggak percaya! Orang yang begitu dekat dengan Bujang sendiri justru pelakunya. Uwaahh!! Rasanya bener-bener tertipu dengan segala omongan dan perbuatan pelaku.

Selain aksi-aksi mendebarkan yang dilakukan Bujang, kita juga diajak berkeliling ke beberapa negara seperti Hongkong, Makau, Jepang, Filipina.

Victoria Harbour. Tempat bertemunya Bujang dengan Kiko dan Yuki. Pencuri profesional yang sering menyamar menjadi turis jepang.

Lan Kwai Fong, Hong Kong. Sentra Kuliner dimana White, teman seperjuangan Bujang menjadi Chef di salah satu restoran di sana.
Grand Lisboa, Macau. Pusat markas Keluarga Lin, musuh besar dari Keluarga Tong.
Dari keseluruhan karakter dalam novel, aku justru suka dengan om Kopong :D Kopong adalah kepala dari semua tukang jagal yang dimiliki oleh Keluarga Tong. Meskipun berwajah sangar—dan postur preman tentu saja—aku merasa justru dia adalah orang yang baik hati jika mendapat kesempatan yang lebih baik. Bisa dilihat dari begitu perhatiannya Kopong kepada Bujang saat Bujang mengalami hal-hal yang berat. Juga karena Koponglah Bujang bisa menjadi tukang jagal yang sangat disegani. Karena Kopong sediri dulu juga hanyalah preman rendahan saat muda, sampai Samad membawanya ke Keluarga Tong dan menampungnya serta memberinya kehidupan yang lebih baik.
Di keluarga ini, masa lalu, hari ini, dan masa depan sepertinya berkelindan erat bagi setiap penghuninya. —hlm. 103
Membaca novel Pulang akan selalu mengingatkan kita, bahwa dimana pun kita berada, kita akan tetap bisa pulang.
"... Kau seperti bisa menyentuhnya, tersenyum takzim, menyaksikkan betapa jernih kehidupan. Saat itu terjadi, kau telah pulang, Bujang. Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan." —hlm. 219
Jadi, bagi para penggemar Tere Liye, Pulang merupakan salah satu novel beliau yang wajib dibaca. Dengan aksi-aksi bela diri dan keahlian menggunakan senjata yang Bujang miliki, sayang sekali untuk dilewatkan.

Aku berharap sih Tere Liye akan membuat lanjutan novel Pulang ini. Karena di sini Bujang tak sempat merasakan cinta padahal umurnya udah pertengahan kepala tiga lho~. Aku sempat mengira akan ada kisah romansa antara Bujang dengan Kiko ataupun Yuki—cucu dari guru Bujang. Tapi sampai akhir cuma ada tonjok-tonjokan dan tembak menembak XD

Ah~ I need sequel~


Related Posts

3 komentar

  1. sebenarnya bukan penggemar tere liye sih tapi pulang lumayan menarik ya untuk dibaca.Oh ya mbak wening tolong follow balik blogku ya radarkata.WordPress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama! haha aku juga buka penggemar om Tere. tapi waktu buku Pulang emang sempat booming reviewnya. akhirnya penasaran pengen baca (btw, itu pun pinjem milik temen adek 😂)
      oke, sudah di follback ya 😊

      Hapus
  2. sebenarnya bukan penggemar tere liye sih tapi pulang lumayan menarik ya untuk dibaca.Oh ya mbak wening tolong follow balik blogku ya radarkata.WordPress.com

    BalasHapus

Posting Komentar