[Book Review] Seoul is My Soul – Grady Irawan

Posting Komentar
  • Judul : Seoul is My Soul
  • Penulis : Grady Irawan
  • Editor : Anin Pratajuangga
  • Desain Cover & Isi : Chyntia Yanetha
  • Penerbit : Grasindo
  • Cetakan :ke-1, 2014
  • Tebal :219 hlm

BLURB

Jim Herlan adalah seorang lelaki asal Indonesia yang memutuskan untuk melanjutkan kuliah di negeri ginseng, Korea Selatan. Di sana, pada suatu hari di mana udara membekukan kulit, dia bertemu seorang gadis yang kebetulan menemukan tiket keretanya yang hilang. Dan dari sore itulah, kehidupannya mulai berwarna, di awali dari perkenalannya dengan Yun-Ji, gadis korea yang pernah menetap di bali, Indonesia.

Kehidupan percintaannya yang pertama tidaklah semulus yang di bayangkan. Ada Han-Jin, teman kampusnya, yang teryata juga menyukainya. Juga masalah pelik lain yang mengancam keberlangsungan hubungannya dengan Yun-Ji, kemungkinan bahwa gadis itu memiliki hubungan saudara seayah dengan dirinya. Bisakah semua berjalan sesuai keinginan mereka sehingga mereka bisa terus bersama seperti rencana semula?

REVIEW

Adalah sebuah perjuangan ketika aku sanggup membaca novel ini sampai di bab 3—dan itu pun seringnya aku melompati beberapa paragraf saat membacanya. Aku terpaksa melewati sebagian besar bab dan langsung membaca bab terakhir hanya itu membuat review ini. 

Ide cerita dari novel Seoul is My Seoul ini sebenarnya cukup menarik, yaitu tentang dua orang yang tidak saling kenal tidak sengaja bertemu di sebuah stasiun di Seoul dalam perjalanan pulang mereka. Sejak awal pertemuan, sudah membuat masing-masing hati mereka mempunyai perasaan khusus satu dengan yang lainnya. Sayangnya takdir mempermainkan mereka. Keidentikan barang-barang yang dimiliki Yun Ji dengan barang milik tantenya Jim, ternyata membawa ke sebuah kenyataan jika ternyata mereka mempunyai hubungan sedarah.

Alurnya terlalu cepat dan terkesan dipaksakan. Bahasa penulisan yang dipakai benar-benar berantakan. Penggunaan tiga bahasa—Korea, Indonesia dan Bahasa Indonesia—dalam percakapan pun semakin membuat sakit kepala saat membacanya.

Penggunaan sudut pandang pertama melalui sudut pandang Jim pun tak cukup menutupi kekurangan yang telah ada. Dan itu justru menambah keburukan novel.

Aku sedikit heran, bagaimana penerbit yang cukup major seperti Grasindo bisa menerbitkan novel seperti ini. Apakah novel ini tidak melewati proses proofreading sebelum naik cetak? Karena selain bahasanya yang acak-acakan, di bab terakhir pun terselip adegan dewasa. Dan aku cukup kebingungan saat mencari info buku di Goodreads tapi tidak menemukannya.

Overall, rating yang aku berikan ini karena aku lumayan suka dengan desain cover. Setting di kota Seoul pun lumayan terasa saat Jim bolak-balik antara rumahnya, rumah Yun Jin dan kampusnya.

Related Posts

Posting Komentar