The Dead Returns – Akiyoshi Rikako

Posting Komentar
  • Judul : Thepun The Dead Returns
  • Penulis : Akiyoshi Rikako
  • Penerjemah : Andry Setiawan
  • Penyunting : Arumdyah Tyasayu
  • Proofreader : Dini Novita Sari
  • Desain Cover : Kana Otsuki
  • Ilustrasi Isi : @teguhra
  • Penerbit : Haru Media
  • Cetakan : Ke-4, April 2016
  • Tebal : 252 hlm.
  • Ratingku : 4.5/5.0
  • Tersedia di bukabuku.com
Suatu malam, aku didorong jatuh dari tebing.
Untungnya aku selamat.

Namun, saat aku membuka mataku dan menatap cermin,
aku tidak lagi memandang diriku yang biasa-biasa saja.
Tubuhku berganti dengan sosok pemuda tampan yang tadinya hendak menolongku.

Dengan tubuh baruku, aku bertekad mencari pembunuhku.

Tersangkanya, teman sekelas.
Total 35 orang.
Salah satunya adalah pembunuhku.

Pada tanggal 2 September pukul 19.00 Koyama Nobuo mati, terjatuh dari sebuah tebing. Namun saat seminggu kemudian ia tersadar di Rumah Sakit, ia mendapati dirinya hidup kembali di tubuh Takahashi Shinji—seorang pemuda tampan yang akan menolongnya namun justru ikut terjatuh dari atas tebing tersebut. Nobuo yang yakin jika ia mati karena didorong jatuh oleh seseorang, berusaha mencari siapa pembunuhnya. Pelakunya adalah salah satu dari teman sekelasnya, karena sebelum pergi ke tebing Miura Kaishoku ada seseorang yang meninggalkan sebuah memo di atas mejanya dan menunggunya di sana.

Shinji—yang tubuhnya sekarang ditempati Nobuo—adalah pemuda tampan, ramah, baik hati dan memiliki banyak teman. Ia pun memiliki orang tua yang sangat sayang padanya dan pacar yang cantik serta sebuah grup band yang cukup terkenal. Bisa dibilang kehidupan Shinji begitu sempurna dan populer, berbeda dengan kehidupan Nobuo.
Namun, dalam artian tertentu, diabaikan secara tak sadar dan tanpa alasan rasanya lebih menyakitkan daripada diabaikan karena di-bully. (hlm. 98)
Nobuo hanya memiliki seorang ibu yang selalu bekerja dari pagi hingga malam demi menghidupinya. Di kelas pun ia tidak memiliki banyak teman—hanya Tanaka Yoshio saja seorang yang ia punya sebagai teman ngobrolnya karena hobi mereka yang kebetulan sama—karena penampilannya yang suram, canggung dan tidak keren. Kepribadiannya yang pendiam dan kegemarannya sebagai otaku kereta  membuatnya merasa dikucilkan dan dipandang aneh oleh teman-teman sekelasnya.

Di kehidupannya sebagai Shinji yang diperhatikan banyak orang, membuat Nobuo begitu marah karena ketidakadilan tersebut. Ia merasa kematian Nobuo sendiri sebagai sesuatu yang sia-sia dan mudah dilupakan. Karena itu Nobuo bertekad mencari pelaku sebenarnya. Bukankah ini seperti ia mendapatkan sebuah kesempatan kedua dalam hidupnya untuk mengungkap kebenaran?

Di dalam tubuh Shinji, Nobuo berusaha menyelidiki alibi yang dimiliki oleh teman-temannya saat kejadian. Dalam penyelidikan tersebut Nobuo mengetahui berbagai fakta baru tentang teman-temanya seperti sosok Sasaki dan Arai yang dulu terlihat jauh dan tidak terjangkau dengan pergaulannya ternyata adalah orang yang ramah terhadap siapa saja. Para siswi di kelasnya pun sering kedapatan melirik Shinji yang terlihat keren. Tapi semua itu justru membuat Nobuo makin marah. Apalagi ketika mengetahui jika ibunya ternyata mempunyai surat asuransi ataa nama dirinya dengan nominal polis yang sangat besar, juga kedekatan ibunya dengan wali kelasnya sendiri. Apakah pembunuhannya memang sesuatu yang telah direncanakan?

Bahkan Yoshio yang sudah dianggapnya sebagai sahabatnya ternyata memiliki miniatur kereta api yang tak pernah ia jual. Lalu kepada siapakah Nobuo harus mempercayakan identitas aslinya?

Mungkin hanya kepada Maruyama Miho—gadis di kelasnya yang juga tidak dianggap seperti Nobuo dulu—Nobuo bisa sedikit lebih terbuka. Tapi, kenapa ketika Nobuo berusaha lebih dekat dengannya gadis itu justru menjauh?

***




The Dead Returns adalah karya Akiyoshi Rikako pertama yang aku baca. Jujur saja sudah sejak pertama kali novel ini terbit aku sudah tertarik ingin memiliki dan membacanya, tapi kesampaian beli dua bulan lalu setelah minta seseorang buat membelikannya tapi tidak dikabulkan. (hiks)

Kesan setelah menyelesaikan novel ini adalah bener-bener enggak nyangka dengan twist endingnya—bahkan sempet dibikin merinding saat membacanya. Misteri yang dibangun benar-benar bikin terkecoh dan membuatku terus-terusan salah menebak siapa pelaku sebenarnya. Apalagi kebenaran yang semakin banyak terungkap seiring berjalannya cerita tidak membuat jelas siapa pelakunya, justru menambah daftar panjang nama pelaku.

Terkadang aku sedikit sebal dengan sifat Nobuo selalu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya saja. Dulu ia sering melihat teman sekelasnya dengan pandangan pesimis dan menganggap mereka adalah orang-orang yang angkuh dan tidak peduli dengan keberadaannya. Padahal jika ia lebih terbuka dan sedikit mau bergaul, teman-temanya adalah orang yang baik. Apalagi ketika dengan egois ia hanya memikirnya kematiannya sendiri dan seakan tidak peduli dengan Shinji yang "mati" menggantikan dirinya, bikin aku tambah sebal dengan sifatnya. 


Ngomong-ngomong The Deads Returns adalah karya kedua Rikako yang diterjemahkan Penerbit Haru setelah Girls in The Dark. Banyak yang bilang kalo bagusan Girls in The Dark daripada The Deads Returns, tapi aku sendiri masih belum membacanya. Girls in The Dark masih menjadi daftar wishlistku. Apalagi sekarang Haru juga sedang menerjemahkan novel Akiyoshi yang baru berjudul Holy Mother. Dilihat dari cover-nya sepertinya lumayan menarik dan bikin penasaran. Kayaknya makin panjang aja deh daftar wishlistku (-__-)


Overall The Deads Returns ini adalah novel ringan yang bisa selesai dilahap dalam sekali duduk (hanya akunya saja yang butuh dua hari untuk menyelesaikannya). Misteri yang ditawarkan lumayan bikin minat baca kembali naik setelah kena reading slump beberapa bulan belakangan. Pokoknya penyuka novel misteri dan penggemar literatur dari jepang wajib banget baca ini! 

".... Tahu tidak, tidak diperhatikan begitulah yang paling menyakitkan. Sakit tahu, dianggap tidak ada padahal ada. Pernah ada kan, anak yang seperti itu?" (hlm. 100)
 "Padahal teman-teman yang lain melalui hidu mereka dengan senang. Kenapa cuma aku yang tidak bisa mengharapkan kebahagiaan, meski hanya setitik? Aku juga tidak punya teman untuk berbagi rasa sakit ini. Aku berpikir, apa seluruh hidupku akan terus seperti ini? Waktu berpikir seperti itu, aku jadi benci semuanya...." (hlm. 234)



Related Posts

Posting Komentar