Resensi Never Let Me Go

Posting Komentar
"... Hidup kalian sudah ditetapkan. Kalian akan jadi orang dewasa, lalu sebelum kalian menjadi tua, bahkan separuh baya, kalian akan mulai mendonasikan organ-organ vital kalian. Untuk itulah kalian masing-masing diciptakan. ..." 
  Novel Never Let Me Go
image by Pinterest | edited by me 

Kathy H. tumbuh hingga remaja di Hailsham—sebuah 'sekolah' berasrama dimana para manusia kloning dididik dan dipersiapkan untuk menjadi 'donatur' ketika dewasa kelak oleh para guru yang mereka sebut sebagai guardian. Di sana Kathy bertemu dan mengenal Ruth dan Tommy. Ketiganya bersahabat, walaupun terkadang sering berselisih paham hingga sebuah pertengkaran membuat mereka berpisah jalan tak lama setelah lulus dari Hailsham. 

Kini Kathy telah dewasa, dan hampir 12 tahun dia telah bekerja sebagai perawat. Di akhir masa tugasnya, dia berusaha menjadi perawat untuk teman-temannya dari Hailsham. Kathy mencoba mengenang kembali masa kanak-kanaknya hingga dewasa sebelum dia nantinya mendapatkan panggilan donasi pertamanya. 

"... Jadi untuk waktu yang lama kami menyembunyikan kalian, dan orang-orang berupaya keras untuk tidak memikirkan kalian. Dan kalau memikirkan kalian, mereka mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa kalian tidak benar-benar seperti kami. Bahwa kalian kurang dari manusia, jadi tidak penting. ... "

Sebenarnya aku sangat bosan saat membaca buku ini. Jika bukan karena sinopsisnya yang menyebutkan tentang manusia kloning, mungkin aku tidak akan menyelesaikannya. 

Buku ini bercerita tentang Kathy, yang merupakan salah seorang manusia kloning. Para manusia kloning diciptakan untuk 'dipanen' organ vitalnya untuk didonasikan kepada manusia 'normal' yang membutuhkan ketika waktunya telah tiba. Aku memilih kata 'panen' di sini karena begitulah aku menggambarkan peran Kathy dan teman-temannya yang tak lebih dari sekedar 'ladang'. 

Kathy hidup di Inggris, di dunia dimana ilmu teknologi telah begitu maju setelah perang dunia, dan para ilmuwan berhasil menciptakan para manusia klon guna kebutuhan di bidang ilmu kedokteran. Di sini kita tidak akan menemukan kecanggihan teknologi, tapi lebih kepada dampak psikologis yang dialami para manusia klon dalam menerima 'takdir' hidup mereka. 




Buku ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama tentang Kathy ketika berada di Hailsham. Bagian kedua saat Kathy setelah lulus dari Hailsham dan pindah di Cottage, di sana dia bertemu dengan para manusia klon dari tempat lain. Dan bagian ketiga ketika Kathy telah menjadi perawat dan bertemu lagi dengan Ruth dan Tommy, dan bekerja sebagai perawat mereka setelah menjadi donatur. Semuanya diceritakan melalui sudut pandang Kathy. Awalnya aku sangat bosan saat membaca buku ini karena gayanya yang campur aduk dan alurnya yang maju mundur di bagian pertama. Untung di bagian kedua sedikit berkurang dan baru di bagian ketiga aku mulai bisa menikmati ceritanya. 

Cerita yang menyentuh bagiku adalah saat Kathy dan Tommy percaya akan adanya waktu 'penangguhan' untuk memulai donasi. Waktu yang memungkinkan mereka bisa hidup bersama sedikit lebih lama asal ada cinta yang kuat di antara mereka (karena manusia 'normal' meyakini jika para manusia kloning tidak memiliki jiwa), tetapi ternyata itu hanya harapan kosong semata. Mereka tetap tidak akan pernah bisa menghindari takdir yang telah ditentukan. 

Membaca buku ini membuatku merenung bagaimana jika seandainya teknologi kloning manusia berhasil diciptakan. Apakah kita bisa 'memanusiakan' mereka karena secara fisik kita tak berbeda. Atau apakah kita menganggap mereka hanya sebagai alat pemenuh kebutuhan semata padahal mereka sama-sama manusia?

×××

Judul : Never Let Me Go 
Judul alternatif : Jangan Lepaskan Aku
Penulis : Kazuo Ishiguro 
Penerjemah : Gita Yuliani K. 
Penyunting : Rosi L. Simamora 
Penerbit : GPU 
Terbit : November 2017
Tebal : 360 hlm. 
Baca via iPusnas

Related Posts

Posting Komentar