[Book Review] Geronimo – Indah Hanaco

Posting Komentar
"Love gives you wings. It makes you fly. I don't even call it love. I call it Geronimo."


Karena tak ingin mengikuti jejak karier orangtua dan kedua kakaknya, Tara Solange memilih untuk mendirikan Geronimo—sebuah bisnis party planner kecil-kecilan—bersama dua sahabatnya. Sejak kecil Tara terbiasa dibandingkan dengan prestasi—baik akademi maupun karier—kedua kakaknya, karenanya Tara tumbuh menjadi pribadi yang sedikit membangkang keinginan orang-orang di sekitarnya. Meskipun begitu, di usianya yang belum genap 22 tahun, Tara juga tumbuh menjadi gadis paling logis dan santai di rumahnya. Dia tidak mudah mengikuti emosi, demi menghindari kekacauan.

Saat mengurus acara pesta bridal shower salah satu kliennya di Lombok, Tara bertemu dengan Maxwell Ravindra, seorang arkeolog yang ternyata memiliki masa lalu yang berhubungan erat dengan Tara. Awalnya Maxwell tak begitu tertarik dengan Tara. Namun antusiasme Tara  terhadap profesi Maxwell—yang selama ini belum pernah dia temui dari orang yang mengenalnya—membuat Max semakin dekat dengan Tara. 

Sekembalinya mereka ke Jakarta, perasaan tertarik di antara keduanya makin tak terhindarkan. Mereka pun memutuskan untuk berpacaran. Namun mengingat perbedaan usia Tara dan Max yang lumayan jauh, dan sejarah perjalanan hidup Max yang cukup rumit, serta kurangnya dukungan dari keluarga Tara, membuat hubungan keduanya tak mudah. 

Saat badai masa lalu terus-terusan menyerang cinta Tara dan Max, bisakah Tara tetap berpikir logis dan percaya pada Max? 
Namun tampaknya ada hal-hal yang tidak bisa dihindari meski manusia sudah membuat rencana sesempurna mungkin.

Baca juga:

Indah Hanaco merupakan penulis lokal yang lumayan sering dan aktif dalam menerbitkan sebuah buku. Dan Geronimo merupakan novel terbaru penulis yang merupakan bagian dari seri Job Series #2 yang sebelumnya sudah pernah diterbitkan melalui wattpad. 

Geronimo mengangkat tema tentang profesi seorang arkeolog—seseorang yang bekerja mempelajari kehidupan dan kebudayaan zaman kuno melalui benda peninggalannya—yang sepertinya cukup jarang diangkat oleh penulis lokal. Profesi arkeolog di sini tak hanya sebagai tempelan cerita, karena penulis mampu menghidupkan profesi tersebut melalui karakter Maxwell. 

Di sini diselipkan berbagai info menarik tentang berbagai sejarah peradaban dan kebudayaan masa lampau dan bagaimana seorang arkeolog bekerja. Aku baru tahu ternyata menjadi seorang arkeolog di Indonesia itu tidak mudah. Kebanyakan di antara mereka lebih sering menjadi dosen setelah lulus kuliah, hanya sebagian kecil yang tetap berusaha agar bisa mengunjungi berbagai situs sejarah dunia dan terlibat dalam penemuannya. Sebagian besar karena terkendala dana, dan kalau pun ikut serta ke lembaga dimana para arkeolog bergabung untuk melakukan penggalian dan penelitian situs bersejarah yang dibiayai donatur, mereka pun harus bergiliran menunggu jadwal penugasan. 

Penulis menggunakan alur maju mundur di novel ini. Awalnya memang bikin bingung saat membacanya, tapi tidak setelah terbiasa. Penggunaan alur ini memang bagus untuk menceritakan adegan cerita dari berbagai karakter secara mendetail, tapi ada kalanya ada bagian yang membosankan karena diulang-ulang. Sepertinya tebal novel yang mencapai 474 halaman ini, bisa dipangkas dengan mengurangi penggunaan alur ini. 


Penggunaan sudut pandang orang ketiga memang pas untuk digunakan di sini, karena pembaca jadi lebih bisa memahami peran dan perasaan para karakter di dalamnya. Tapi aku juga suka pemakaian sudut pandang orang pertama di Bab 39, karena jadi lebih tahu bagaimana perasaan Tara dan Maxwell sebenarnya.

Setiap tokoh dalam Geronimo ini memiliki peran yang pas dalam perkembangan hubungan antara Tara dan Maxwell. Dan untuk tokoh farovitku di sink adalah Tara, walaupun dia anak bungsu (yang biasanya paling dimanja) tapi dia justru tumbuh menjadi gadis yang paling logis dan dewasa daripada kedua kakaknya. Selain itu dia juga gadis yang paling jujur dengan perasaannya. Kalau dia suka atau tidak suka dengan sesuatu, dia akan tegas mengatakannya.

Secara keseluruhan, novel Geronimo ini merupakan novel romance yang menghibur. Pengetahuan tentang profesi seorang arkeologi yang cukup mendetail menjadikan novel ini memiliki nilai tambah tersendiri. 

"... Cinta sama seseorang bukan berarti kamu punya hak untuk maksa perasaanmu dibalas. ..."  

Tidak ada gunanya menghabiskan waktu untuk membahas orang-orang yang sudah tidak lagi menjadi bagian dari hidup kita. Kecuali dalam situasi khusus yang tak terhindarkan.  

"... Kadang orang-orang terhubung dengan dengan cara yang aneh." 

"Rasa percaya itu jadi modal penting dalam suatu hubungan, Sayang." 

Bahkan, kadang fiksi pun jauh lebih rasional karena biasanya dituntut serealistik mungkin, dengan hubungan sebab akibat yang bisa diterima nalar. Namun tidak demikian dengan kenyataan. Tidak semua kejadian harus bisa dijelaskan alasannya atau kesesuaian dengan logika. Selalu ada rahasia. 
Perasaan manusia adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi, bisa bertumbuh begitu saja tanpa terkendali.  
"Nyari orang yang sempurna dan sesuai dengan keinginan kita itu, nggak gampang. Kalau dia punya 'cacat' tapi bisa dimaafin, ya nggak usah dibikin ribet. Itu kalau kamu ngerasa masa lalunya jadi ganjalan. ..." 
"... ketemu sama orang yang pas sama kita itu nggak gampang. Kalau dia bisa terima kamu apa adanya, nggak punya kepribadian yang menjurus gila, baiknya dipertimbangkan serius. Dan ingat, jangan ambil keputusan terburu-buru. Jangan sampai nanti ada penyesalan."

×××

Judul : Geronimo (Job Series #2) 
Penulis : Indah Hanaco 
Penyunting : Afriyanti P. Pardede 
Desain Sampul : Sarah Aghnia
Penerbit : Elex Media Komputindo 
Terbit : 28 Oktober 2019 (Cetakan I)
Tebal : 474 hlm. 

Related Posts

Posting Komentar