"Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982", Sulitnya Menjadi Perempuan dalam Budaya Patriarki

2 komentar
Kim Ji-Yeong juga ingin berkata bahwa ia merasa bangga, bahwa ia makan apapun yang ingin dimakannya, dan bahwa jenis kelamin anak sama sekali tidak penting baginya. Namun, entah kenapa ia tetap merasa rendah diri.
Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982
Sumber gambar freepik


Kim Ji-Yeong lahir pada tahun 1982. Ia terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dalam keluarga yang mengharapkan anak laki-laki. Kakaknya seorang perempuan yang berbeda dua tahun darinya, sedangkan adik laki-lakinya berbeda umur lima tahun dari Ji-Yeong.

Sejak kecil perlakuan yang diterima Ji-Yeong dan kakaknya tidak seistimewa adiknya. Sebagaimana perempuan Korea dibesarkan, Ji-Yeong dan kakaknya diajarkan untuk membantu ibu sejak dini. Sementara adiknya tak perlu membantu apapun. Dalam pembagian makanan pun adik laki-lakinya selalu mendapatkan bagian yang terbaik.

Bukan hanya di rumah, perlakuan yang diterima murid perempuan ketika di sekolah pun begitu jauh berbeda dengan yang diterima murid laki-laki. Meski beberapa kali para murid perempuan mencoba melawan, namun pada akhirnya perlawanan itu padam. Ji-Yeong sendiri beberapa kali juga ingin menyuarakan protesnya, namun pada akhirnya ia hanya menyimpannya dalam hati. 

Bahkan ketika Ji-Yeong akhirnya memasuki dunia kerja dan menikah, perlakuan yang ia dan rekan kerja perempuannya terima masih tidak seistimewa dari para laki-laki. Ia tidak bisa mendapatkan promosi karena statusnya sebagai perempuan, ia pun terpaksa melepaskan kebebasan dan karier yang diraihnya dengan susah payah demi mengasuh anak.

Ji-Yeong pun mulai depresi, namun ia tetap diam. Pada puncak depresi yang dialaminya, akhirnya memaksa Ji-Yeong untuk bersuara. Namun suara yang keluar bukanlah dari pribadi Ji-Yeong. Ia berbicara seperti orang lain, yang membuat suaminya kebingungan dan akhirnya membawanya ke psikolog. 
"Sebaik apa pun orangnya, pekerja perempuan hanya akan menimbulkan banyak kesulitan apabila mereka tidak bisa mengurus masalah pengasuhan anak."


Buku Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 ini sempat fenomenal dan ramai diperbincangkan di negara asalnya karena mengangkat isu feminisme yang masih dianggap tabu bagi warga Korea Selatan. Para selebritis yang kedapatan membaca buku ini pun menjadi objek perundungan bagi warganet di sana. Dan Irene (Red Velvet) pernah mendapatkan bullying yang cukup parah karena membaca buku ini di tempat umum. 

Korea Selatan dikenal dengan negara yang masih menjunjung tinggi budaya patriarki yang sangat kental. Meski beberapa tahun terakhir ini kesetaraan gender begitu lantang digaungkan, tapi tetap saja pada praktiknya belum mencapai semua lapisan aspek kehidupan. 

Tidak jarang para wanita akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan jika diketahui menganut paham feminisme. Dan yang melakukannya tak hanya para pria—yang terkadang merasa tidak senang karena posisinya diambil para wanita—tapi juga para wanita pun melakukannya kepada sesama wanita. Perlakuan ini sebenarnya bisa dicermati melalui cerita dalam drama-drama Korea. Semuanya terkesan tersirat, karena mungkin para penonton merasa jika perlakuan tidak menyenangkan yang diterima oleh para tokoh wanita di sana merupakan hal biasa yang diterima para wanita di Korea. 

Buku ini sebenarnya cukup tipis, tapi aku sendiri butuh usaha lebih untuk terus melanjutkan membacanya. Bukan karena jelek atau apa, tetapi karena beberapa kali aku harus mengambil jeda menghayatinya. Karena apa yang dialami Kim Ji-Yeong di sini bisa dialami wanita dimana saja, dan di beberapa plot rasanya aku pun merasa mengalaminya. 

Meski berformat novel, membaca buku ini sebenarnya lebih terasa seperti membaca sebuah esai dengan banyak catatan kaki yang menunjukkan dokumen-dokumen referensi yang dijadikan latar cerita dalam buku ini. 

Membaca buku ini menyadarkanku bahwa ketika seseorang mengalami gangguan psikologi, itu tidak didapatkan dalam sekali waktu. Butuh waktu yang lama dan beban yang ditumpuk dan disimpan selama bertahun-tahun yang membuat seseorang bisa mengalami depresi. Seperti yang dialami Kim Ji-Yeong sejak SD, yang tidak pernah bisa menyuarakan pendapatnya.

"Orang-orang yang tidak bisa dipercaya adalah kerabat sedarah yang tinggal di tempat yang jauh. ..."  
Namun, pada saat-saat penting, label" wanita" bisa menyelinap keluar, menghalangi pandangan, mencengkeram, dan menjegal langkah-langkah orang. Kenyataan itu membuat segalanya lebih membingungkan. 
"Lagi pula, aku belum tahu apakah aku akan menikah atau tidak, atau apakah aku akan punya anak atau tidak. Malah, mungkin saja aku sudah mati sebelum semua itu terjadi. Kenapa kita harus mempersiapkan diri untuk masa depan yang belum tentu akan terjadi, dan bukannya menjalani hidup dengan melakukan apa yang bisa kita lakukan?" 
Penyesalan dan kekesalan yang timbul akibat pengorbanan yang dipaksakan sangat mendalam, pada akhirnya itulah yang merusak hubungan dalam keluarga. 
×××

Judul : Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982 
Judul Asli : 82년생 김지영
Penulis : Cho Nam Joo
Penerjemah : Iingliana 
Penyunting : Juliana Tan 
Penyelaras Aksara : Mery Riansyah 
Ilustrasi : Bella Ansori 
Penerbit : GPU 
Terbit : November, 2019 
Tebal : 192 hlm.

Related Posts

2 komentar

  1. Baca yang versi Indonesia atau Inggris?
    Memang sudah hidup dalam budaya patriarki yang kental. Jangankan Korea Selatan, di Indonesia pun budaya patriarki masih sangat melekat. Dimana perempuan harus kalah dalam mendapatkan kesetaraan dan kesempatan di banyak hal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. baca yang versi Bahasa Indonesia. Iya, Indonesia pun juga masih lumayan kental budaya patriarki-nya. tapi setidaknya masih lebih mendingan daripada Korea Selatan.

      Hapus

Posting Komentar