"Finn", Pentingnya Kesadaran Tentang Autisme

1 komentar
"Autisme bukan kelainan jiwa. Kamu nggak bisa mengikat anak autis sembarangan. Mereka punya hati dan perasaan juga. Saat kondisi nggak sesuai dengan apa yang diinginkan, dia juga bisa ngamuk dan protes, sama seperti kita. Bedanya, kita bisa ngomong dan mengeluh. Dia nggak. Tantrum jadi satu-satunya cara dia komunikasi." 
Finn - Honey Dee
Sumber gambar isostock



Elizabeth Bachtiar lebih suka dipanggil Liz atau Liza, karena nama lengkapnya akan selalu mengingatkannya pada tragedi yang terjadi pada keluarganya. Kematian Arthur adalah sebuah tragedi. Sejak adiknya yang autis meninggal dalam sebuah kecelakaan, hidup Liz dan keluarganya seakan ikut mati bersama anak bungsu mereka. Tak ada kehangatan maupun kebahagiaan yang tersisa. Liz sering diabaikan, karena mereka menganggap kematian Arthur merupakan kesalahannya. Muak dengan kehidupan dan keadaan keluarganya, Liz pun merencanakan pelarian menuju kebebasan. 

Liz yang ikut bergabung dengan grup anak autis di Facebook karena adiknya dulu, kemudian berkenalan tanpa sengaja dengan Andika Gautama—kakak dari seorang remaja penderita autisme. Andika menawarkan pekerjaan untuk merawat dan menerapi Finn—adiknya—dengan gaji yang tinggi. Dan demi mewujudkan rencananya untuk pergi dari rumah, Liz pun nekat terbang ke Balikpapan tanpa berpamitan. 

Bagi Liz, merawat Finn ternyata tak semudah mengurus Arthur dulu. Dengan tubuh remaja dan kurangnya Finn dalam mendapatkan terapi, membuat Liz harus bekerja ekstra untuk merawatnya agar setidaknya ia bisa mandiri. Selama ini hanya Bu Monik—ibu Finn—yang melatih Finn tanpa didukung suami dan tenaga profesional, membuat hidup Finn terkadang begitu mengenaskan, apalagi setelah Bu Monik meninggal. Tetapi Finn adalah kunci baginya untuk memaafkan dirinya sendiri setelah kematian Arthur, dan ia akan mengerahkan segala cara untuk merawatnya. 

Bagi Andika, Liz ternyata tak hanya memenuhi kriteria terapis yang dibutuhkan Finn, tapi juga mengisi ruang kosong di hatinya. Di luar, Andika tampak seperti pria tampan, kaya dan tanpa kekurangan. Namun sejatinya ia memiliki kekosongan karena keadaan keluarganya. 

Dan bagi Finn, keberadaan Liz adalah cahaya harapan baginya setelah dunianya runtuh ketika ibunya meninggal. Berada di dekat Liz membuatnya merasa aman dan nyaman, meski terkadang ia tidak sengaja menyakitinya karena ia sering tak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan. 

Mereka bertiga berjuang untuk menyembuhkan dari luka mereka masing-masing. Namun, jika tiga tragedi bersama, bisakah sebuah keajaiban terjadi atau justru sebaliknya? 
Orang-orang normal ini mencari cara paling cepat untuk menyelesaikan tugas mereka. Yang nggak bisa bicara dianggap nggak punya keluhan. Selalu begitu.


Finn merupakan novel kedua penulis yang aku baca setelah Rooftop Buddies. Dan sejak novel ini dipromosikan lewat para bookstagramer (dengan cuma berani membaca sekilas review-nya 🙈), aku langsung tertarik untuk segera membacanya. Apalagi desain sampulnya yang cantik dan eye catching, jadi pasti sulit untuk diabaikan ketika melihatnya. 

Di sini penulis menggunakan dua sudut pandang orang pertama dalam menuturkan cerita, yaitu melalui sudut pandang Liz dan Finn. Melalui sudut pandang Liz, penulis menggunakan narasi yang menggambarkan dirinya sebagai cewek yang blak-blakan, keras kepala, meledak-ledakan, bermulut tajam, tapi di saat bersamaan ia juga sangat perhatian. Sedangkan Finn sendiri—sebagai seorang penderita autis—narasinya digambarkan sesuai karakternya yang seperti anak-anak, polos dan apa adanya. Aku paling suka saat membaca melalui sudut pandang Finn. Membaca bagian Finn ini cukup bikin emosional. 

Bahasa yang digunakan ringan dan mengalir. Meski ada beberapa istilah asing tentang autisme, penulis telah menambahkan catatan kaki sehingga membuat pembaca tidak kebingungan. 

Konflik ceritanya sendiri cukup rumit, karena yang dibahas bukan hanya penyakit Finn, tapi juga tentang keluarga, batin dan tentu saja romansa cinta. Mungkin karena konflik inilah novel Finn ini masuk ke lini Metropop. 

Walaupun jenis autisme Finn ini tidak dijelaskan jenis yang mana, membaca Finn ini tetap sedikit banyak telah memberikan pandangan baru buatku mengenai autisme. Aku suka dengan penjelasan tentang autisme dari penulis yang detail dan mudah dimengerti, sehingga pembaca awam pun jadi mudah paham. 

Secara keseluruhan, aku suka dengan novel Finn ini. Dari membacanya, aku jadi bisa belajar untuk lebih bisa memahami anak autisme: para anak autisme itu jangan dikucilkan, mereka terkadang bertindak kasar karena butuh disayangi dan diperhatikan serta karena mereka tidak mampu melisankan keinginan mereka. 
"Setahuku, dua orang bermasalah bisa saling memberi kekuatan." Dia menyeringai. "Dua hati yang patah bisa saling memperbaiki untuk belajar menyembuhkan diri bersama."
×××

Identitas Buku

Judul : Finn
Penulis : Honey Dee
Penyunting : Anastasia Aemilia, Putri Wardhani 
Desain Sampul : Liffi Wongso 
Penerbit : GPU
Terbit : Januari 2020 
Tebal : 312 hlm.
ISBN13 : 9786020634869

Related Posts

1 komentar

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus

Posting Komentar