The Tokyo Zodiac Murders, Kasus Pembunuhan Berantai yang Tak Terpecahkan Selama 40 Tahun

Posting Komentar
Mengambil terminologi kimia, saya akan menyebut dia Azoth, yang artinya "dari A ke Z",—kreasi tertinggi, daya hidup universal. Wanita itu memenuhi impian saya sepenuhnya.
Sumber gambar freepik
Pada malam bersalju tahun 1936, Heikichi Umezawa—seorang seniman—ditemukan mati terbunuh di studionya yang terkunci. Seseorang memukul kepalanya, dan membuat wajahnya sedikit sulit dikenali. Saat polisi datang, mereka justru menemukan surat wasiat aneh yang berisi pemaparan rencana untuk menciptakan Azoth ”sang wanita sempurna”—yang tercipta dari potongan-potongan tubuh para wanita muda kerabatnya. 

Tak lama setelah itu, putri tertuanya terbunuh. Lalu putri-putrinya yang lain beserta keponakan-keponakannya menghilang. Satu per satu mayat mereka kemudian ditemukan dalam keadaan termutilasi, semuanya dikubur sesuai dengan prinsip astrologis yang diuraikan sang seniman dalam surat wasiatnya.

Pembunuhan tersebut mengguncang seluruh Jepang. Selama lebih dari 40 tahun para pihak berwenang, detektif amatiran dan para penulis berlomba-lomba menyibak tirai misteri pembunuhan tersebut dengan teori mereka masing-masing, namun teka-teki kasus yang kemudian dikenal sebagai Pembunuhan Zodiak tersebut tidak juga terpecahkan. 

Pada tahun 1979, Kiyoshi Mitarai—seorang peramal nasib, astrolog, dan detektif eksentrik—menerima sebuah dokumen berisi sebuah hasil penyelidikan Pembunuhan Zodiak yang tidak diungkap ke publik. Sebuah dokumen yang berisi petunjuk penting tentang Pembunuhan Zodiak—yang pada akhirnya petunjuk dalam dokumen tersebut justru makin menambah teka-teki dari kasus pembunuhan keluarga Umezawa. 

Ditemani Kazumi Ishioka—seorang ilustrator dan penggemar cerita detektif, Kiyoshi mulai melacak kembali pelaku Pembunuhan Zodiak Tokyo dan hasil ciptaannya—Azoth—yang selama ini tak pernah ditemukan dan seolah-olah lenyap ditelan bumi. 
"Orang-orang menjalani hidup mereka dengan terus-menerus berbuat dosa."
Ketika tahu buku The Tokyo Zodiac Murders ini terbit lagi, rasanya girang banget! Karena selama lebih dari lima tahun buku ini jadi wishlist-ku. Pertama kali tahu buku ini, dulu karena nggak sengaja baca review-nya di salah satu blog yang sering membahas cerita creepy pasta, karena dulu demen banget sama cerita yang bikin mimpi buruk. 

Waktu itu bukunya sendiri juga sudah sulit dicari dan toko buku online belum semenjamur sekarang, jadi agak susah juga untuk mendapatkannya. Dan saking penasaran sama isinya, aku bahkan sempat mencari pdf-nya tapi cuma ketemu yang versi bahasa Inggris. Yah, karena kemampuan bahasa Inggrisku juga pas-pasan dan begitu baca halaman-halaman awal malah bingung, akhirnya nggak jadi baca. Untungnya awal Maret kemarin buku The Tokyo Zodiac Murders ini cetak ulang bersamaan dengan terbitnya buku kedua, bisa dibayangkan betapa senangnya buku yang bertahun-tahun diimpikan akhirnya bisa dibaca—apalagi bisa dibaca di Gramedia Digital!

Buku ini dibuka dengan sebuah surat wasiat dari Heikichi Umezawa yang berisi uraian mendetail (dan membingungkan) tentang proses penciptaan Azoth—seorang wanita yang kehadirannya dianggap sempurna oleh Heikichi. Membayangkan Azoth yang tercipta dari potongan-potongan bagian tubuh kerabatnya yang terdiri dari kepala, dada, perut, pinggul, paha dan kaki bagian bawah—masing-masing harus berasal dari wanita yang berbeda yang berdasarkan perhitungan astrologi dan alkimia yang begitu sempurna—sudah bikin ngeri dan merinding duluan saat membayangkannya karena terasa ada aura mistis di dalamnya. 

Namun, seiring cerita berjalan dan dengan penjelasan-penjelasan Kiyoshi, segalanya jadi terlihat logis. Tapi tentu saja tidak mengurangi keseruan alurnya, justru sebaliknya, cerita jadi makin menarik. Apalagi setelah tahu ketika tersangkanya sendiri kemungkinan masih hidup. 

Jujur saja, aku sendiri bukan tipe pembaca cerita-cerita misteri dengan seorang detektif yang menjadi tokoh utamanya—selama ini lebih sering baca buku thriller misteri atau langsung nonton adaptasinya saja. Jadi, membaca seri detektif Mitarai Kiyoshi ini merupakan pengalaman baru juga bagiku. Apalagi di sela-sela bab cerita, Soji Shimada juga menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat pembaca untuk menebak lebih dulu sebelum kasus terungkap—seolah pembaca ikut menjadi bagian dari cerita. 

Ceritanya luar biasa. Soji Shimada begitu baik mendeskripsikan segalanya, mengecoh perhatian pembaca kepada sesuatu yang sebenarnya tidak penting jadi terlihat begitu penting. Dan motif kejahatannya pun terasa manusiawi. 
"Aku tidak merasa aku luar biasa. Kita semua hidup di Planet yang sama, kita semua berbagi kesadaran dan emosi yang sama—tetapi apakah itu membuat kita sederajat sebagai manusia? Lihat seorang pengusaha dari Tokyo, lihat pria yang di Thailand menanam padi, lihat seniman dan para bankir. Tentu saja kita satu kesadaran, tetapi Karma kita di masa kini dan masa lalu berbeda. Kita pernah berlutut di makam yang berbeda dan berjalan menyusuri kebun yang berbeda. Hidup kita hanyalah ledakan serbuk bintang, atau awan yang berarak pergi. Aku bukan orang aneh, yang lainlah yang aneh. Aku merasa seakan-akan hidup di Mars. Ketika aku mengamati keberadaan orang lain dan mencoba memahami kehidupan mereka, aku merasa pusing!"
×××

Identitas Buku 

Judul : The Tokyo Zodiac Murders
Judul Asli : 占星術殺人魔法
Seri : Mitarai Kiyoshi #1
Penulis : Soji Shimada
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penyunting : Tanti Lesmana
Desain Sampul & Ilustrasi Isi : Martin Dima
Penerbit : GPU
Terbit : Maret 2020 (Cetakan ke-5)
Tebal : 360 hlm.
ISBN13 : 9789792285918

Related Posts

Posting Komentar